Dia Tak Seburuk Musim
Oleh : Pelipurlara Sijabat, Tembalang, Semarang.
Musim, tak pernah berkata Hai
Barangkali mengucap good bye pun tak ada
Haruskah manusia seperti itu juga
Umur memang hanya angka,lalu haruskah ku buang
Seberapa jauhkah angka itu ? haruskah kunyatakan
Haruskah dilalui bersama, dimana dia sekarang?
Dia, malaikat Tuhan, tempat aku dititipkan
Kata mengucap buatlah aku senyum pun tak lagi ku dengar
Ahk, ku sangka aku dapat menghitung kebahagiaan
Siapakah bahagiamu? Jawabmu adalah aku
Aku, yang berada di tempat gelapmu sembilan bulan
Bagaimana kamu bertanggungjawab?
Berlalu tanpa membawa bahagiamu
Yakinkah bahagiamu ini bersinar?
Barangkali semuanya ku jawab dengan lara
Dikala hari manusia merindukan ekspektasi
Ekspektasi dikala kamu hidup nyata kasat hati.
 |
Puisi Ibu Ia Tak Seburuk Musim Karya Pelipurlara Sijabat |
Dimasa naungan, jadi raungan yang mati
Diwaktu sitrat larut menjadi hidroksi
Bahkan titrasi pun tak dapat menghabiskan sedih ini
Tak dapatkah kau berbisik lewat angin ini?
Jika rinduku adalah hujan, tak dapatkah buat inti
Terdapat hanyutan kota diseberang sini
Haruskah ku sebut ini takdir,
kurasa aku harus mengucap ini
Untuk berakhir hanya di masa ini
Yang di lanjut di masa nyata yang ada di depan
My pride fell with my fortunes
Kata manusia bijak untuk memulai tanpa, ibu Terimakasih